Rebekka: Gaungkan Energi Bersih May 17, 2021

“Kita berharap ke depan masyarakat Indonesia beralih menggunakan energi terbarukan, sehingga isu perubahan iklim bisa ditekan dan diminimalisir dampak kerusakannya,”

Pengalaman banyak bersinggungan dengan perusahaan minyak menyadarkannya  betapa buruk dampak penggunaan energi fosil bagi lingkungan. Pengalaman  itu   mendorong Rebekka Sondang Angelyn,  kemudian akhirnya lebih menekuni energi bersih dari pada keahliannya sebagai sarjana hukum. “Kadang teman-teman juga tanya, saya ini alumni Fakultas Hukum tapi focus ke energi terbarukan,”  ujar alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini.

Pemahamannya tentang dunia migas diawali  saat ia bekerja di kantor hukum di Jakarta. Dimana ia banyak mengurus klien yang berasal dari perusahaan minyak. Disana ia banyak mengurusi kasus hukum  kliennya yang berkaitan dengan persoalan isu lingkungan. Dari sana Rebekka  mulai tertarik dengan isu lingkungan. Hingga kepergiannya menempuh pendidikan S2  di bidang Hukum Migas di Aberdeen University  Inggris, minatnya pada studi lingkungan masih besar .

Hingga ia menyempatkan mengambil kuliah musim panas di Boston dalam bidang ekonomi lingkungan. Kesadarannya terhadap lingkungan pun  makin tergugah . Menurutnya penggunaan energy fosil, jika tidak segera diantisipasi akan  menimbulkan pelbagai bencana. “Saya membayangkan 10 tahun ke depan, di saat saya sudah tua khawatir tidak bisa berbuat apa-apa, saya akan menyesali”  ujar Rebekka.

Pada 2011 seorang  sahabat  yang  bekerja di bidang pengembangan karbon, di Singapura,  mengajaknya  bergabung. Tak pikir panjang Rebekka langsung menyambutnya,  ia bertugas sebagai analis lingkungan. “Dari sana saya lebih mendalami isu perubahan iklim,” katanya.

Pada tahun 2015,  Rebekka mulai bersentuhan dengan  sektor energi terbarukan,  di mana ia terlibat pada proyek-proyek Satuan Tugas Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Sepulangnya ke tanah air, pada  2016,  Rebekka bersama teman temannya  tergerak untuk mendirikan Coaction Indonesia. Sebuah lembaga untuk penanggulangan perubahan iklim dan solusinya. Coaction sendiri focus pada isu energi yang menjadi kebutuhan manusia. “Kita kampanye dan edukasi masyarakat di level mikro, agar mereka paham bahwa energi terbarukan akan membuat pembangunan berkelanjutan menjadi lestari,” ungkapnya .

Ia melihat   potensi energi terbarukan Indonesia sangat besar, tapi pemanfaatannya masih kurang. Padahal itu penting bagi kelangsungan hidup ke  depan.  Jadi kampanye Coaction  harus  bisa mengubah paradigma masyarakat. “Kita gaungkan isu energi terbarukan kerena itu bagian  penanggulangan perubahan iklim yang menjadi ancaman terbesar di dunia,” tutur Rebekka.

Untuk mengoptimalkan potensi,  semua aspek dan lembaga harus  terlibat.  Sehingga isu perubahan iklim bisa di antisipasi sedini mungkin. Dia ingin,  pemerintah bisa mendorong  lebih agresif, melalui berbagai kebijakan, terobosan, pendanaan  dan teknologi.

Namun,  ia terlibat di  Coaction   hanya sampai tahun 2018, lalu menyerahkan Coaction  kepada teman-temannya untuk mengembangkan. Dia sendiri pada 2019 bergabung dengan Rumah Energi dan menjabat sebagai  Direktur Eksekutif.  Sama halnya Coaction, Rumah Energi juga  focus pada kampanye  dan edukasi tentang energi terbarukan dengan bekerjasama dengan sejumlah lembaga dan perusahaan.

Rumah Energi berfokus pada pengentasan kemiskinan, upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, pengurangan risiko bencana dan mata pencaharian masyarakat di tingkat bawah. Kegiatannya antara lain  menginisiasi pembangunan biogas rumah tangga, pertanian berkelanjutan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.  “Kita berharap ke depan masyarakat Indonesia beralih menggunakan energi terbarukan, sehingga isu perubahan iklim bisa ditekan dan diminimalisir dampak kerusakannya,” demikian Rebekka. (*)

DITERBITKAN OLEH PEJUANG IKLIM